Sebelum berangkat dan mengekplorasi Jepang dan seluruh kebudayaannya, mari kita sejenak belajar mengenai kehidupan orang-orang Jepang. Pengetahuan ini tentu akan memudahkan saat teman-teman sedang liburan atau berkunjung ke Jepang. Untuk kesempatan kali ini, Tim Info Jepang sudah merangkum beberapa informasi atau pengetahuan mengenai kepercayaan atau agama di Jepang. Tak kenal maka tak sayang, so, mari belajar tentang Jepang!
Shinto dan Buddha adalah dua agama terbesar Jepang. Shinto dikenal sejak kebudayaan Jepang ada, sementara Buddhisme masuk sejak abad ke-6, khususnya dari India dan China. Kedua agama ini berjalan harmonis dan saling melengkapi baik dalam ajaran maupun ritual. Sebagian besar orang Jepang menganut kepercayaan Shinto, Buddha, dan keduanya.
Ada juga yang lebih mengherankan. Orang Jepang lahir dibawa ke Kuil Shinto. Saat anak-anak diberkati di Kuil Shinto. Ketika menikah diberkati dan dirayakan di Gereja. Dan ketika meninggal, acara pemakamannya berdasarkan agama Budha. Semuanya bercampur-campur.
Mengapa orang Jepang bisa hidup dalam campuran agama-agama seperti di atas? Penulis sempat bertanya hal ini kepada Sensei (Guru) Bahasa Jepang dan membaca buku-buku. Inilah jawabannya.
Kalau kita memperhatikan agama Shinto yang sudah ada, kita mungkin akan menemukan benang merahnya. Shinto itu berbeda dengan Kristen, Islam, dan Yahudi yang monoteis (menyembah satu Tuhan atau Allah), Shinto itu politeis. Politeis itu berarti menyembah banyak dewa. Orang Jepang, sudah sejak dulu percaya bahwa di masing-masing tempat, di laut, di pohon, di batu, ada dewa yang diam di sana. Dalam buku-buku sejarah sastra Jepang mencatat demikian. Sekitar tahun 720 ada banyak cerita-cerita dewa yang berkembang saat itu.
Sejak saat itulah orang Jepang percaya akan banyak dewa. Kalau ingin membangun rumah harus minta ijin dewa batu. Kalau ingin lulus ujian, ada lagi dewa kepintaran. Setiap hal atau tujuan pasti ada dewanya. Seperti inilah orang Jepang terbiasa dengan adanya banyak dewa. Makanya ketika ada agama dengan kepercayaan lain yang masuk ke masyarakat, orang Jepang menerimanya dengan mudah.
Saat ada perayaan yang dianggap menarik atau menguntungkan maka perayaan itu dirayakan, kalau tidak ya dilupakan. Selama ratusan tahun kebiasaan ini dibentuk dan akhirnya jadilah orang Jepang seperti saat ini. Orang Jepang yang merayakan perayaan dari bermacam-macam agama. Pembahasan yang lebih lengkap mengenai agama di mata orang Jepang, bisa teman-teman baca di sini,
Agama di Jepang
Seperti negara-negara Eropa, Di Jepang, agama tidak terlalu banyak berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Mayoritas orang Jepang melakukan ritual keagamaan di upacara seperti di tiga momen besar hidup: kelahiran, pernikahan, dan kematian. Selain itu, ada juga ritual tahun baru atau festival (matsuri).
Lihat tulisan terkait:
Pembahasan mengenai agama bisa dilihat di danielnugroho.com